3 Kg Cacing di Perut Seorang Bocah
Ini bukan kejadian HOAX, mari kita ikuti kronologisnya :
Siang tanggal 27/4/10 ada kejadian yang cukup heboh di salah satu RS di Bandung. Saya bertugas sebagai asisten dokter anastesi di sana ...
Seorang bocah berusia sekitar 10 tahun datang ke UGD RS tersebut dengan keluhan tidak bisa buang air besar alias BAB selama 4 hari. Perut penderita kembung & terlihat besar...
Diagnosa sementara adalah Ileus Obstruktif (Sumbatan di Usus Halus).
Langsung saja kami persiapkan operasi, karena satu2nya jalan adalah dengan pembedahan.
Setelah anastesi berjalan, dibukalah perut anak itu, ternyata.... ......
Mari kita lihat foto-foto di bawah :
(MAAF BAGI YANG GAK TAHAN MELIHATNYA, SILAHKAN LEWATKAN !)
Insisi pertama, cacingnya langsung muncrat...!!
Hasilnya 3 KG Cacing !!!
MIrip Mie & Spaghetti ya...... hihh
Beratnya sekitar 3 kg setelah dikurangi berat baskom.
Hasil Operasi : sekitar 3 KG cacing jenis Ascaris lumbricoides
(estimasi sekitar 500 - 1000 cacing)
Di Indonesia ternyata kasus semacam ini masih ada saja terjadi......
Bukti bahwa kepedulian masyarakat terhadap kebersihan dan kesehatan masih banyak yang rendah.
Setelah sakit baru mereka sadar bahwa kesehatan itu sangatlah mahal !
Penyakit Cacingan / Askariasis
Askariasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing gelang Ascaris lumbricoides. Askariasis adalah penyakit kedua terbesar yang disebabkan oleh makhluk parasit.
Hospes atau inang dari Askariasis adalah manusia. Di manusia, larva Ascaris akan berkembang menjadi dewasa, mengadakan kopulasi (kawin) dan akhirnya bertelur.
Penyakit ini sifatnya kosmopolit (berkembang hampir di seluruh dunia). Prevalensi askariasis sekitar 70-80%.
Etiologi
Cacing jantan berukuran sekitar 10-30 cm, sedangkan betina sekitar 22-35 cm. Pada cacing jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung ekornya (posterior). Pada cacing betina, pada sepertiga depan terdapat bagian yang disebut cincin atau gelang kopulasi.
Cacing dewasa hidup pada usus manusia. Seekor cacing betina dapat bertelur hingga sekitar 200.000 telur per harinya. Telur yang telah dibuahi berukuran 60 x 45 mikron. Sedangkan telur yang tak dibuahi, bentuknya lebih besar, sekitar 90 x 40 mikron. Telur yang telah dibuahi inilah yang dapat menginfeksi manusia.
Siklus
Pada tinja penderita askariasis yang buang air besar (BAB) tidak pada tempatnya dapat mengandung telur askariasis yang telah dibuahi. Telur ini akan matang dalam waktu 21 hari. Bila orang lain memegang tanah yang telah tercemar telur Ascaris dan tidak mencuci tangannya, kemudian tanpa sengaja makan dan menelan telur Ascaris.
Telur akan masuk ke saluran pencernaan dan telur akan menjadi larva pada usus. Larva akan menembus usus dan masuk ke pembuluh darah. Ia akan beredar mengikuti sistem peredaran, yakni hati, jantung dan kemudian di paru-paru.
Pada paru-paru, cacing akan merusak alveolus, masuk ke bronkiolus, bronkus, trakea, kemudian di laring. Ia akan tertelan kembali masuk ke saluran cerna. Setibanya di usus, larva akan menjadi cacing dewasa.
Cacing akan menetap di usus dan kemudian berkopulasi dan bertelur. Telur ini pada akhirnya akan keluar kembali bersama tinja. Siklus pun akan terulang kembali bila penderita baru ini membuang tinjanya tidak pada tempatnya.
Diagnosis
Diagnosis askariasis dilakukan dengan menemukan telur pada tinja pasien atau ditemukan cacing dewasa pada anus, hidung, atau mulut.
Gejala Klinis
Gejala klinis akan ditunjukkan pada stadium larva maupun dewasa.
Pada stadium larva, Ascaris dapat menyebabkan gejala ringan di hati dan di paru-paru akan menyebabkan sindrom Loeffler. Sindrom Loeffler merupakan kumpulan tanda seperti demam, sesak nafas, eosinofilia, dan pada foto Roentgen thoraks terlihat infiltrat yang akan hilang selama 3 minggu.
Pada stadium dewasa, di usus, cacing akan menyebabkan gejala khas saluran cerna seperti tidak nafsu makan, muntah-muntah, diare, konstipasi (sembelit (/tidak bisa BAB), dan mual. Bila cacing masuk ke saluran empedu, dapat menyebabkan kolik (rasa nyeri hebat) atau ikterus. Bila cacing dewasa kemudian masuk menembus peritoneum (selaput rongga perut) atau abdomen (rongga perut) maka dapat menyebabkan akut abdomen.
Pengobatan
Pengobatan askariasis dapat digunakan obat-obat seperti: pirantel pamoat, mebendazol, albendazol, piperasin.
Pencegahan
Di Indonesia, prevalensi askariasis tinggi, terutama pada anak-anak. Penyakit ini dapat dicegah dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan yang baik. Pemakaian jamban (WC) keluarga dapat memutus rantai siklus hidup Ascaris lumbricoides ini.
Semoga info ini bermanfaat ....