Penelitian Terbaru : Wakasa Gold, Mempercepat Penyembuhan Demam Berdarah Tim peneliti dari Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Karya Bhakti Bogor dan Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor melakukan penelitian terhadap penggunaan Wakasa Gold untuk percepatan peningkatan trombosit pada penderita penyakit demam berdarah. Penelitian dilakukan bulan Mei 2009 hingga Oktober 2009 terhadap pasien demam berdarah di Rumah Sakit Karya Bhakti Bogor. Dan ini adalah penelitian CGF pertama di dunia untuk masalah penyakit tropis. Hasil penelitian Penderita demam berdarah yang diberikan Wakasa Gold menjalani masa perawatan lebih pendek / penyembuhan lebih cepat Kenaikan trombosit dan penurunan hematokrit terjadi lebih cepat. CGF sangat membantu pengobatan penderita demam berdarah, dengan konsep regenerative medicine yaitu melengkapi kebutuhan gizi secara seimbang untuk mengoptimalkan regenerasi sel. | Pasien dengan CGF 40% | Pasien tanpa CGF 40% | Lama penyembuhan dengan trombosit awal < 50.000 | 3,09 hari | 4,20 hari | Lama penyembuhan dengan trombosit awal > 50.000 | 2,37 hari | 4,50 hari | Lama perawatan di RS | 2,76 hari | 4,43 hari | Sembuh lebih cepat, penderitaan lebih singkat, biaya lebih hemat APA ITU DEMAM BERDARAH ? Dengue adalah homonim dari bahasa Afrika, ki denga pepo, suatu penyakit yang pernah mewabah di wilayah Karibia, Amerika Tengah, pada tahun 1827 – 1828. Kini demam tersebut dikenal dengan nama Demam Dengue (DD), penyakit yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti ini tersebar luas di antara garis lintang Utara 35o dan Selatan 35o. Di Indonesia Demam Dengue (DD) telah menjadi wabah musiman sejak tahun 1968, bahkan hingga kini masih saja menimbulkan masalah kesehatan nasional. Pada tahun 1998 terjadi wabah DD di Indonesia yang menyerang hingga sejumlah 58.000 penderita. Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. TANDA DAN GEJALA Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot dan ruam; ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang dan biasanya mucul dulu pada bagian bawah badan - pada beberapa pasien, ia menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh. Selain itu, radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare, pilek ringan disertai batuk-batuk. Kondisi waspada ini perlu disikapi dengan pengetahuan yang luas oleh penderita maupun keluarga yang harus segera konsultasi ke dokter apabila pasien/penderita mengalami demam tinggi 3 hari berturut-turut. Banyak penderita atau keluarga penderita mengalami kondisi fatal karena menganggap ringan gejala-gejala tersebut. Demam berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak demam yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Sesudah masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari orang yang tertular dapat mengalami / menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini: - Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
- Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 - 7 hari, nyeri-nyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah kulit.
- Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut, dubur, dsb.
- Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok / presyok. Bentuk ini sering berujung pada kematian.
Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka kematiannya cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang diduga menderita Penyakit Demam Berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera dibawa ke dokter atau Rumah Sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami syok / kematian. http://www.busanasehat.com PENULARAN Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti / Aedes albopictus betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari penderita demam berdarah lain. Nyamuk Aedes aegypti berasal dari Brazil dan Ethiopia dan sering menggigit manusia pada waktu pagi dan siang. Orang yang beresiko terkena demam berdarah adalah anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun, dan sebagian besar tinggal di lingkungan lembab, serta daerah pinggiran kumuh. Penyakit DBD sering terjadi di daerah tropis, dan muncul pada musim penghujan. Virus ini kemungkinan muncul akibat pengaruh musim/alam serta perilaku manusia. PENYEBARAN Kasus penyakit ini pertama kali ditemukan di Manila, Filipina pada tahun 1953. Kasus di Indonesia pertama kali dilaporkan terjadi di Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian sebanyak 24 orang. Beberapa tahun kemudian penyakit ini menyebar ke beberapa propinsi di Indonesia. PENCEGAHAN Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk penyakit demam berdarah. Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vektor nyamuk demam berdarah. Insiatif untuk menghapus kolam-kolam air yang tidak berguna (misalnya di pot bunga) telah terbukti berguna untuk mengontrol penyakit yang disebabkan nyamuk, menguras bak mandi setiap seminggu sekali, dan membuang hal - hal yang dapat mengakibatkan sarang nyamuk demam berdarah Aedes Aegypti. Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit demam berdarah, sebagai berikut: 1. Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan istirahat yang cukup; 2. Memasuki masa pancaroba, perhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan melakukan 3M, yaitu menguras bak mandi, menutup wadah yang dapat menampung air, dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang perkembangan jentik-jentik nyamuk, meski pun dalam hal mengubur barang-barang bekas tidak baik, karena dapat menyebabkan polusi tanah. Akan lebih baik bila barang-barang bekas tersebut didaur-ulang; 3. Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan bubuk abate akan mematikan jentik pada air. Keduanya harus dilakukan untuk memutuskan rantai perkembangbiakan nyamuk; 4. Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita mengalami demam atau panas tinggi; 5. Jika terlihat tanda-tanda syok, segera bawa penderita ke rumah sakit. 6. Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) 7. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain. PENGOBATAN Bagian terpenting dari pengobatannya adalah terapi suportif. Sang pasien disarankan untuk menjaga penyerapan makanan, terutama dalam bentuk cairan. Jika hal itu tidak dapat dilakukan, penambahan dengan cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis. Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik, akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena. Meskipun demikian kombinasi antara manajemen yang dilakukan secara medik dan alternatif harus tetap dipertimbangkan. KEBIJAKAN PEMERINTAH Dalam rangka mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh penyakit demam berdarah, pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa kebijakan, di antaranya adalah: - a. Memerintahkan semua rumah sakit baik swasta maupun negeri untuk tidak menolak pasien yang menderita DBD.
- b. Meminta direktur/direktur utama rumah sakit untuk memberikan pertolongan secepatnya kepada penderita DBD sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku serta membebaskan seluruh biaya pengobatan dan perawatan penderita yang tidak mampu sesuai program PKPS-BBM/ program kartu sehat . (SK Menkes No. 143/Menkes/II/2004 tanggal 20 Februari 2004).
- c. Melakukan fogging secara massal di daerah yang banyak terkena DBD.
- d. Membagikan bubuk Abate secara gratis pada daerah-daerah yang banyak terkena DBD. Melakukan penggerakan masyarakat untuk melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M dan merekrut juru pemantau jentik (jumantik).
- e. Penyebaran pamflet lewat udara tentang pentingnya melakukan gerakan 3 M (Menguras, Menutup, Mengubur).
WAKASA VS DBD Penelitian ini dilakukan di RSKB dari bulan Mei 2009 hingga Oktober 2009. Penelitian baru dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari Panitia Etik FKUI. Subyek penelitian dipilih dengan metoda consecutive sampling, berdasarkan diagnosis yang sesuai dengan kriteria WHO 1997, serta memenuhi kriteria yang diajukan seperti dibawah ini. Kriteria Inklusi 1. Demam hingga 7 hari. 2. Serologi Dengue Ig M (+) atau NS1 positiv. 3. Trombosit <100.000/mm3. 4. IMT ♂ 20,2 – 27; ♀ 18,9 – 25,2. 5. Tidak menderita penyakit dengan gangguan fungsi imun (Tuberkulosis, Diabetes Melitus Tipe2, sirosis hepatis atau gagal ginjal kronik). 6. Nilai SGOT/SGPT dalam batas normal. 7. Bersedia ikut penelitian dan menandatangani informed consent. Kriteria Eksklusi 1. Wanita hamil 2. Menderita penyakit TBC, DM, sirosis hepatis, gagal ginjal kronik 3. Mengalami sindroma SRD. Pasien rawat inap yang memenuhi kriteria seperti di atas ditawari untuk ikut dalam penelitian. Hanya subyek yang telah menandatangani informed consent yang diikutsertakan sebagai subyek penelitian. Selanjutnya subyek dirandomisasi ke dalam dua kelompok (pok), yaitu pok perlakuan dan pok kontrol. CGF 40% yang diberikan merupakan produk dibuat dari ganggang air tawar, diekstrak guna memanen derivat asam nukleat dari sel-sel yang telah dikeringkan sebelumnya dengan air panas (80oC). Selanjutnya substansi yang kaya akan asam nukleat serta asam amino tersebut dipisahkan dari residu padatnya dengan sentrifugasi, dari mana supernatan yang dihasilkan kemudian disaring dengan metode mikrofiltrasi. Saat masuk pasien diperiksa oleh dokter poliklinik, jaga atau dokter spesialis penyakit dalam, meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium, seperti Hb, Ht, trombosit, IgM anti DEN/NS1, ureum, GOT, GPT, dan Prot T/A/G. Selanjutnya di ruang rawat inap dokter spesialis yang merawat melakukan pemeriksaan lanjut. Kedua kelompok mendapat perawatan rumah sakit standar. Selama penelitian pok perlakuan mendapat bahan intervensi CGF 40% dengan dosis 1 x 30 ml per hari, serta terapi standar yang dianjurkan WHO, 1997. Di lain pihak pok kontrol hanya mendapat terapi standar saja. Pemeriksaan trombosit, hemoglobin dan hematokrit dilakukan setiap hari. Bila kemudian disertai pula oleh penyakit infeksi lain seperti demam tifoid, selain mendapat terapi standar perlu pula mendapat tambahan antibiotik ciprofloxasin. Henti rawat atau pengakhiran penelitian dilakukan apabila tercapai kondisi klinik dan laboratorik yang memenuhi kriteria pemulangan subjek dari RS, atau pasien jatuh ke dalam DBD berat atau SRD yang ditentukan oleh dokter spesialis penyakit dalam yang merawat. Kriteria laboratorik pemulangan subjek adalah bebas dari simptom dan gejala DBD serta pencapaian jumlah trombosit di atas 100.000/mm3. Alur Pengambilan Data Penelitian. Sejumlah 84 subyek berhasil diikutsertakan ke dalam penelitian hingga akhir penelitian. Dari jumlah tersebut terdapat sebanyak 42 perempuan dan 42 pria yang kemudian dirandomisasi secara berimbang ke dalam dua kelompok, yaitu pok perlakuan dan pok kontrol. Muhamad ikmal 0813 11070879 |