Tulisan dan kisah yg bagus...banget....
Thank u Rachel....
Thank u Rachel....
Dari: Rachel <rachel.stefanie@muliagroup.co.id>
Kepada: Manager-Indonesia@yahoogroups.com; PASUTRI@yahoogroups.com; Konsultasi-Kesehatan@yahoogroups.com; Bayi-Kita@yahoogroups.com; undercover_manager@yahoogroups.com
Terkirim: Sen, 4 Oktober, 2010 09:24:20
Judul: [Konsultasi-Kesehatan] FW: Tiga Kelereng
> ---------- Forwarded message
> ----------
>
>
>
> Pada masa-masa susah di sebuah kota kecil Idaho,
> saya suka mengunjungi toko kecil di tepi jalan milik
> Mr Miller yang menyediakan produk segar
> hasil pertanian.
> Makanan dan uang cukup langka pada waktu itu...
> dan jual beli dilakukan dengan cara tukar
> menukar barang.
>
> Satu hari, Mr Miller sedang mengepak
> kentang-kentang yang saya beli ketika tidak sengaja
> saya melihat seorang anak yang kecil kurus
> kelaparan, compang-camping tetapi bersih,
> nampak sedang memilih-milih kacang polong segar
> yang baru dipetik di keranjang.
> Saya membayar untuk kentang-kentang saya sambil
> ikut tertarik pada kacang polong tersebut.
> Saya adalah penjual kentang dan krim kacang.
> Saat menimbang kacang polong, tanpa sadari,
> saya ikut mendengarkan pembicaraan mereka.
>
> "Halo Barry, bagaimana kabarmu hari ini?"
> tanya si pemilik toko.
>
> 'Halo, Mr Miller. Saya baik, terima kasih ya.
> Saya cuma mengagumi kacang polong ini....
> tampak segar dan bagus-bagus"
>
> "Itu memang bagus Barry. Bagaimana dengan
> ibu kamu? "
>
> "Oh... dia membaik, dan nampak semakin kuat."
>
> "Bagus. Apa ada yang bisa saya bantu? "
>
> "Tidak, Sir. saya cuma mengagumi kacang polong ini. "
>
> 'Apakah kamu ingin beberapa untuk di bawa pulang?"
> kata Mr Miller.
>
> "Tidak, Sir. Saya tidak ada uang untuk membayar. "
>
> "Jika begitu, apa kamu punya sesuatu
> sebagai penukar?"
>
> "Saya hanya punya beberapa kelereng hadiah."
>
> "Apakah itu benar? Coba kulihat "kata Mr Miller.
>
> "Ini .. bagus. "
>
> "Aku bisa melihatnya. Hmm sayang warnanya biru
> sedang saya mencari warna merah. Apakah kamu
> memilikinya seperti ini di rumah? "
>
> "Tidak persis tapi hampir sama. "
>
> 'Begini saja. Ambil saja dulu kacang polong ini,
> dan lain kali, kamu bawa kelereng kamu yang merah'.
> kata Mr Miller kepada anak itu.
>
> "Tentu. Terima kasih Mr Miller. "
>
> Ny Miller, yang sedang berdiri tidak jauh,
> datang untuk membantu saya.
> Dengan tersenyum dia berkata,
> "Ada dua anak laki-laki lain seperti dia di komunitas
> kami, ketiganya sama-sama sangat miskin.
> Jim suka tawar-menawar dengan mereka untuk
> kacang polong, apel, tomat, atau apa pun.
> Jika mereka kembali dengan warna yang diminta,
> Jim akan berkata bahwa dia sudah tidak mencari
> warna tersebut dan akan menanyakan warna lainnya.
> Tetapi Jim tetap memberikan apa saja yang mereka
> ingin tukarkan."
>
> Saya meninggalkan toko sambil tersenyum sendiri,
> terkesan dengan orang ini.
> Beberapa waktu kemudian saya pindah ke Colorado,
> tapi saya tidak pernah lupa kisah tentang orang ini,
> anak-anak, dan cara barter mereka.
>
> Beberapa tahun berlalu dengan cepat.
> Baru-baru ini saya memiliki kesempatan untuk
> mengunjungi beberapa teman lama di komunitas
> Idaho dan mendengar bahwa Mr Miller
> meninggal dunia.
> Teman-teman saya berencana untuk berkunjung
> sore itu dan saya sepakat untuk ikut.
>
> Saat tiba di tempat jenasah disemayamkan,
> kita menemui keluarga almarhum untuk
> menyampaikan bela sungkawa dan
> kata-kata penghiburan.
> Di depan kami, nampak tiga orang muda.
> Salah satunya mengenakan seragam tentara dan
> dua lainnya berpotongan rambut bagus,
> setelan gelap dan kemeja putih ... semua tampak
> sangat profesional.
>
> Mereka semua menghampiri Mrs Miller dan berdiri
> disampingnya sambil tersenyum kepada jenasah
> Mr Miller di dalam peti mati.
>
> Setiap pemuda memeluknya, mencium pipi,
> bicara singkat dengannya dan pindah ke peti mati,
> dengan mata berkaca-kaca, satu per satu,
> masing-masing pemuda berhenti sebentar dan
> meletakkan tangan mereka di atas tangan yang
> pucat dingin di peti mati.
> Satu persatu meninggalkan tempat itu sambil
> menyeka mata.
>
> Giliran kami datang menemui Ny Miller.
> Saya bilang padanya siapa saya dan
> mengingatkannya pada kisah dari tahun-tahun yang
> lalu dan ketika ia bercerita tentang suaminya yang
> suka berbarter untuk kelereng.
> Dengan mata berkaca-kaca, dia meraih tanganku
> dan membawa saya ke peti mati.
>
> "Mereka tiga pemuda yang baru saja meninggalkan
> adalah anak laki-laki yang kuceritakan dulu.
> Mereka hanya mengatakan kepada saya bagaimana
> mereka menghargai hal-hal yang Jim 'perdagangkan'
> pada mereka.
> Sekarang, pada akhirnya, ketika Jim sudah tidak
> bisa lagi meminta warna atau ukuran kelereng ....
> mereka datang untuk membayar utang mereka. "
>
> 'Kami tidak pernah memiliki banyak kekayaan
> di dunia ini, "ia mengaku," tapi sekarang, Jim akan
> menganggap dirinya orang terkaya di Idaho ..'
>
> Dengan lembut, dia mengangkat jari-jari
> almarhum suaminya.
> Nampak disitu tiga buah kelereng warna merah
> yang bersinar indah.
>
> *Moral:*
> *Orang mungkin tidak bisa mengingat semua
> perkataan kita, tetapi akan mengingat segala
> perbuatan baik kita.
> Hidup ini tidak diukur oleh nafas yang kita habiskan,
> tetapi oleh waktu yang kita habiskan untuk bernafas.
>
> Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan
> segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan
> untuk manusia*.
>
>
>
>
> ----------
>
>
>
> Pada masa-masa susah di sebuah kota kecil Idaho,
> saya suka mengunjungi toko kecil di tepi jalan milik
> Mr Miller yang menyediakan produk segar
> hasil pertanian.
> Makanan dan uang cukup langka pada waktu itu...
> dan jual beli dilakukan dengan cara tukar
> menukar barang.
>
> Satu hari, Mr Miller sedang mengepak
> kentang-kentang yang saya beli ketika tidak sengaja
> saya melihat seorang anak yang kecil kurus
> kelaparan, compang-camping tetapi bersih,
> nampak sedang memilih-milih kacang polong segar
> yang baru dipetik di keranjang.
> Saya membayar untuk kentang-kentang saya sambil
> ikut tertarik pada kacang polong tersebut.
> Saya adalah penjual kentang dan krim kacang.
> Saat menimbang kacang polong, tanpa sadari,
> saya ikut mendengarkan pembicaraan mereka.
>
> "Halo Barry, bagaimana kabarmu hari ini?"
> tanya si pemilik toko.
>
> 'Halo, Mr Miller. Saya baik, terima kasih ya.
> Saya cuma mengagumi kacang polong ini....
> tampak segar dan bagus-bagus"
>
> "Itu memang bagus Barry. Bagaimana dengan
> ibu kamu? "
>
> "Oh... dia membaik, dan nampak semakin kuat."
>
> "Bagus. Apa ada yang bisa saya bantu? "
>
> "Tidak, Sir. saya cuma mengagumi kacang polong ini. "
>
> 'Apakah kamu ingin beberapa untuk di bawa pulang?"
> kata Mr Miller.
>
> "Tidak, Sir. Saya tidak ada uang untuk membayar. "
>
> "Jika begitu, apa kamu punya sesuatu
> sebagai penukar?"
>
> "Saya hanya punya beberapa kelereng hadiah."
>
> "Apakah itu benar? Coba kulihat "kata Mr Miller.
>
> "Ini .. bagus. "
>
> "Aku bisa melihatnya. Hmm sayang warnanya biru
> sedang saya mencari warna merah. Apakah kamu
> memilikinya seperti ini di rumah? "
>
> "Tidak persis tapi hampir sama. "
>
> 'Begini saja. Ambil saja dulu kacang polong ini,
> dan lain kali, kamu bawa kelereng kamu yang merah'.
> kata Mr Miller kepada anak itu.
>
> "Tentu. Terima kasih Mr Miller. "
>
> Ny Miller, yang sedang berdiri tidak jauh,
> datang untuk membantu saya.
> Dengan tersenyum dia berkata,
> "Ada dua anak laki-laki lain seperti dia di komunitas
> kami, ketiganya sama-sama sangat miskin.
> Jim suka tawar-menawar dengan mereka untuk
> kacang polong, apel, tomat, atau apa pun.
> Jika mereka kembali dengan warna yang diminta,
> Jim akan berkata bahwa dia sudah tidak mencari
> warna tersebut dan akan menanyakan warna lainnya.
> Tetapi Jim tetap memberikan apa saja yang mereka
> ingin tukarkan."
>
> Saya meninggalkan toko sambil tersenyum sendiri,
> terkesan dengan orang ini.
> Beberapa waktu kemudian saya pindah ke Colorado,
> tapi saya tidak pernah lupa kisah tentang orang ini,
> anak-anak, dan cara barter mereka.
>
> Beberapa tahun berlalu dengan cepat.
> Baru-baru ini saya memiliki kesempatan untuk
> mengunjungi beberapa teman lama di komunitas
> Idaho dan mendengar bahwa Mr Miller
> meninggal dunia.
> Teman-teman saya berencana untuk berkunjung
> sore itu dan saya sepakat untuk ikut.
>
> Saat tiba di tempat jenasah disemayamkan,
> kita menemui keluarga almarhum untuk
> menyampaikan bela sungkawa dan
> kata-kata penghiburan.
> Di depan kami, nampak tiga orang muda.
> Salah satunya mengenakan seragam tentara dan
> dua lainnya berpotongan rambut bagus,
> setelan gelap dan kemeja putih ... semua tampak
> sangat profesional.
>
> Mereka semua menghampiri Mrs Miller dan berdiri
> disampingnya sambil tersenyum kepada jenasah
> Mr Miller di dalam peti mati.
>
> Setiap pemuda memeluknya, mencium pipi,
> bicara singkat dengannya dan pindah ke peti mati,
> dengan mata berkaca-kaca, satu per satu,
> masing-masing pemuda berhenti sebentar dan
> meletakkan tangan mereka di atas tangan yang
> pucat dingin di peti mati.
> Satu persatu meninggalkan tempat itu sambil
> menyeka mata.
>
> Giliran kami datang menemui Ny Miller.
> Saya bilang padanya siapa saya dan
> mengingatkannya pada kisah dari tahun-tahun yang
> lalu dan ketika ia bercerita tentang suaminya yang
> suka berbarter untuk kelereng.
> Dengan mata berkaca-kaca, dia meraih tanganku
> dan membawa saya ke peti mati.
>
> "Mereka tiga pemuda yang baru saja meninggalkan
> adalah anak laki-laki yang kuceritakan dulu.
> Mereka hanya mengatakan kepada saya bagaimana
> mereka menghargai hal-hal yang Jim 'perdagangkan'
> pada mereka.
> Sekarang, pada akhirnya, ketika Jim sudah tidak
> bisa lagi meminta warna atau ukuran kelereng ....
> mereka datang untuk membayar utang mereka. "
>
> 'Kami tidak pernah memiliki banyak kekayaan
> di dunia ini, "ia mengaku," tapi sekarang, Jim akan
> menganggap dirinya orang terkaya di Idaho ..'
>
> Dengan lembut, dia mengangkat jari-jari
> almarhum suaminya.
> Nampak disitu tiga buah kelereng warna merah
> yang bersinar indah.
>
> *Moral:*
> *Orang mungkin tidak bisa mengingat semua
> perkataan kita, tetapi akan mengingat segala
> perbuatan baik kita.
> Hidup ini tidak diukur oleh nafas yang kita habiskan,
> tetapi oleh waktu yang kita habiskan untuk bernafas.
>
> Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan
> segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan
> untuk manusia*.
>
>
>
>
Salam Kasih,
Rachel
**Jual Sabun Sereh Hanya 5 rb**
***
Rachel
**Jual Sabun Sereh Hanya 5 rb**
***
__._,_.___