Dear all,
Berikut ini artikel tentang kiat berpuasa bagi usia lanjut, "Kebutuhan kalori usia lanjut yang berpuasa sama dengan ketika tidak berpuasa. Jumlah kalori harus dapat dipenuhi untuk menghindari kekurangan gizi," kata Siti. Jadi, jenis makanan yang dikonsumsi harus bergizi seimbang, terutama jenis makanan yang lebih lama dicerna, yaitu berkarbohidrat kompleks seperti nasi, roti, dan makanan tinggi serat, seperti sayuran dan buah, khususnya saat sahur. Jenis makanan yang lebih cepat dicerna adalah berkarbohidrat sederhana, seperti gula, sebaiknya dibatasi.
Berikut ini artikel tentang kiat berpuasa bagi usia lanjut, "Kebutuhan kalori usia lanjut yang berpuasa sama dengan ketika tidak berpuasa. Jumlah kalori harus dapat dipenuhi untuk menghindari kekurangan gizi," kata Siti. Jadi, jenis makanan yang dikonsumsi harus bergizi seimbang, terutama jenis makanan yang lebih lama dicerna, yaitu berkarbohidrat kompleks seperti nasi, roti, dan makanan tinggi serat, seperti sayuran dan buah, khususnya saat sahur. Jenis makanan yang lebih cepat dicerna adalah berkarbohidrat sederhana, seperti gula, sebaiknya dibatasi.
Untuk membantu menjaga pasokan gizi yang memadai produk herbal alami dan organik dapat dipilih sebagai alternatif. Bee Pollen Dr. Liza yang mengandung 100 % bee pollen bunga randu. Bee pollen mengandung seluruh komponen nutrisi yang dibutuhkan manusia untuk menjaga kesehatan dan keseimbangan tubuh. Komponen nutrisi tersebut mulai dari asam amino essesial, beta karoten, vitamin B Kompleks, vitamin C, D, E, gula, kabohidrat, asam lemak, protein, mineral. Selain itu untuk menjagak kesehatan pencernaan ketika berpuasa Curcuma Dr.Liza dapat menjadi alternatifnya. Curcuma Dr. Liza terbuat dari Temulawak, Temuputih dan Kunyit. Kandungan senyawa kurkumin yang ada pada tanaman-tanaman ini teruji klinis sangat baik untuk mengatasi sakit lambung, kanker usus, menjaga kesehatan hati dan menurunkan kolesterol.
Tetap Bugar Puasa di Usia Senja
EVY RACHMAWATI
Ibadah puasa diyakini wajib dilaksanakan umat Islam pada bulan Ramadhan. Semakin tua, orang umumnya justru kian bersemangat berpuasa dengan alasan yang lebih bersifat rohaniah. Semangat untuk melaksanakan ibadah puasa itu juga dimiliki pasien usia lanjut yang memiliki beragam penyakit atau geriatri.
Akan tetapi, muncul keraguan, khususnya dari pihak keluarga, apakah orang berusia lanjut, terutama yang telah mengidap beragam penyakit, masih sanggup berpuasa. Ada kekhawatiran kondisi kesehatan pasien usia lanjut akan menurun jika menjalankan ibadah puasa.
"Ramadhan merupakan bulan latihan pengaturan dan pengendalian diri, termasuk dalam hal asupan makanan dan disiplin diri," kata dr Siti Setiati dari Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM).
Saat berpuasa, makan dan minum dibatasi sehingga pola makan, jumlah, dan jenis makanan orang berpuasa berbeda dengan kebiasaan sehari-hari.
Dari penelitian oleh Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM pada tahun 1997 diketahui, seseorang yang berpuasa akan berkurang asupan makanannya 12 persen dari asupan makanan sehari-hari. Sejumlah penelitian pada usia lanjut menunjukkan, puasa memberi pengaruh baik bagi kesehatan. Orang berusia lanjut yang berpuasa juga tidak terganggu fungsi ginjalnya selama asupan cairan terpenuhi.
Hasil penelitian lain menyebutkan, setelah berpuasa, ada penurunan kadar kolesterol total, kadar kolesterol LDL, trigliserida, dan asam urat. Kadar radikal bebas (zat yang merusak sel di dalam tubuh) juga menurun, sedangkan kadar antioksidan yang dibutuhkan tubuh meningkat.
Puasa juga tidak berpengaruh negatif pada penderita diabetes melitus selama mengikuti petunjuk yang diberikan. "Seseorang yang berpuasa akan merasa tenang sehingga kadar gula darah lebih stabil," ujarnya.
Perubahan fisiologis
Pasien geriatri umumnya memiliki berbagai macam penyakit kronik dan degeneratif serta penurunan fungsi organ. Kapasitas cadang organ tubuh mereka sudah terbatas, kemampuan beraktivitas sehari-hari menurun, dan umumnya pasien mengonsumsi banyak obat. "Jadi, infeksi ringan saja dapat menurunkan asupan makan dan minum mereka, yang dapat menimbulkan kekurangan cairan dan masalah gizi," kata Siti.
Volume cairan tubuh orang usia lanjut turun dari 60 persen jadi sekitar 45-50 persen dari berat badan dan rasa haus menurun. Asupan makan orang usia lanjut juga sudah berkurang, yang biasanya disebabkan masalah pada gigi geligi dan menurunnya nafsu makan. Berkurangnya nafsu makan pada usia lanjut antara lain disebabkan faktor fisik dan sosial, seperti rasa terisolasi (sendiri tanpa ada teman), masalah keuangan, depresi, dan beberapa penyakit seperti parkinson dan konstipasi.
Seiring meningkatnya usia, gerakan lambung dan pengosongan lambung turun. Gerakan usus halus tidak terganggu, sedangkan gerakan usus besar tidak jelas terganggu meski sembelit sering terjadi pada usia lanjut. Akibat proses menua, kemampuan ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga berkurang karena ketidakmampuannya untuk mengeluarkan urine encer sehingga dapat menimbulkan rasa lelah lemas dan kebingungan.
Karena itu, jika orang usia lanjut berpuasa, asupan makan dan minumnya sejak berbuka sampai sahur harus dipantau agar kebutuhan cairan dan makanan sehari terpenuhi. Obat-obatan yang harus diminum juga perlu dipantau dan diatur kembali jadwal minumnya. "Berbagai gangguan kesehatan fisik dan psikologis akut, seperti infeksi akut, gagal jantung, asma akut tentu tidak memungkinkan pasien berpuasa," ungkap Siti.
"Usia lanjut sehat atau lebih tepatnya terkontrol dan stabil kondisi fisiknya meski memiliki penyakit kronik degeneratif, dapat berpuasa," ujarnya.
Akan tetapi, perlu disadari dan diwaspadai kemungkinan berkurangnya asupan cairan dan makanan. Oleh karena, kekurangan cairan maupun gangguan gizi akibat asupan makan yang kurang dapat menimbulkan masalah kesehatan lain.
Kiat berpuasa
Pada usia lanjut yang berpuasa, hal terpenting yang harus dipenuhi adalah kebutuhan cairan. Konsumsi cairan yang cukup sekitar 30-50 cc per kilogram berat badan setiap hari (8-10 gelas) penting untuk menghindari kekurangan cairan.
Karena itu, konsumsi air atau jus buah antara berbuka puasa dan sebelum tidur perlu diperbanyak. Akan tetapi, konsumsi teh terlalu banyak saat sahur harus dihindari karena merangsang pengeluaran urine sehingga garam mineral yang dibutuhkan tubuh pada siang hari akan terbuang.
"Kebutuhan kalori usia lanjut yang berpuasa sama dengan ketika tidak berpuasa. Jumlah kalori harus dapat dipenuhi untuk menghindari kekurangan gizi," kata Siti.
Jadi, jenis makanan yang dikonsumsi harus bergizi seimbang, terutama jenis makanan yang lebih lama dicerna, yaitu berkarbohidrat kompleks seperti nasi, roti, dan makanan tinggi serat, seperti sayuran dan buah, khususnya saat sahur. Jenis makanan yang lebih cepat dicerna adalah berkarbohidrat sederhana, seperti gula, sebaiknya dibatasi.
Menurut dia, perlu dibatasi makanan yang digoreng dan banyak mengandung lemak. Makanan yang baik dikonsumsi, khususnya ketika berbuka puasa, antara lain kurma karena mengandung gula, serat, karbohidrat, kalium dan magnesium, serta pisang yang merupakan sumber kalium, magnesium, dan karbohidrat.
Konsumsi makanan dan cairan bagi orang lanjut usia yakni dengan jumlah sesuai kebutuhan dan pola makan yang benar ketika berpuasa penting diperhatikan. Pola makan yang dianjurkan ketika berpuasa adalah 40 persen kalori saat sahur, 50 persen kalori berbuka puasa yang dibagi jadi dua, yaitu makanan ringan atau segar saat berbuka sebelum shalat Magrib, dan makanan padat atau besar setelah shalat Maghrib. Sedangkan 10 persen kalori berupa makanan kecil dikonsumsi sesudah shalat tarawih.
Meskipun nafsu makan berkurang, konsumsi makanan dan minuman tetap harus sesuai kebutuhan dengan pola yang dianjurkan. Untuk itu, pada usia lanjut dianjurkan untuk minum dan makan dengan otak, tidak dengan lidah. "Obat-obat yang harus dikonsumsi jangan lupa diminum di saat berbuka puasa dan sahur," tuturnya.
Selain itu, pemantauan kesehatan harus lebih sering seperti kadar gula darah dan tekanan darah, khususnya bagi usia lanjut dengan diabetes melitus dan hipertensi. Kemungkinan terjadi dehidrasi dan hipoglikemia harus diwaspadai.
Jadi, puasa tetap dapat dilakukan usia lanjut selama kebutuhan cairan dan makanan sehari dapat terpenuhi. Syaratnya, pemantauan asupan makanan dan minuman sejak berbuka puasa sampai sahur harus dilakukan.
Demikian semoga infonya bermanfaat, selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang melaksanakan.
Salam Hangat,
Dr. Liza Communications
Be Healthy With Herbshttp://www.lizaherbal.com
cp. rini@lizaherbal.com
__._,_.___