Slogan Pajak "Apa Kata Dunia" Jadi Ledekan
Dari ratusan komentar pembaca yang masuk, tak sedikit yang menyinggung "Apa Kata Dunia."
Dari ratusan komentar pembaca yang masuk, tak sedikit yang menyinggung "Apa Kata Dunia."
slogan pajak, apa kata dunia (http://jantooktavia.files.wordpress.com)
VIVAnews - Melesatnya kasus dugaan makelar pajak Gayus Tambunan membuat Direktorat Jenderal Pajak terus menerus menjadi sorotan. Apalagi, ada sinyalemen Gayus-Gayus lainnya bertaburan di kantor pajak.
Tak pelak, kasus Gayus menjadi gunjingan hangat di kalangan masyarakat menyusul santernya pemberitaan media, baik di elektronik, cetak dan internet. Bahkan, dari ratusan komentar yang masuk ke VIVANews tentang Gayus, tak sedikit yang menceritakan kisah kehidupan mewah teman atau tetangga mereka yang bekerja di Ditjen Pajak dan Bea Cukai.
Tak heran, jika slogan yang kerap digunakan oleh Ditjen Pajak untuk mengkampanyekan kesadaran membayar pajak semakin populer. Slogan "Apa Kata Dunia" diiklankan oleh Ditjen Pajak melalui berbagai jenis media, baik media luar ruang hingga media massa.
Iklan itu menampilkan sejumlah orang, seperti pria tua botak yang menengadahkan tangan dengan mimik muka bergaya meledek. Pernyataan yang muncul, punya penghasilan tak punya NPWP, "Apa Kata Dunia."
Iklan lainnya juga muncul dalam berbagai versi dan bintang iklan mulai dari ibu berkacamata dengan gaya melotot, juga gadis dan pria muda yang tersenyum sembari menengadahkan tangan.
Dari ratusan komentar pembaca yang masuk, tak sedikit yang menyinggung slogan "Apa Kata Dunia" yang juga populer lewat film Nagabonar yang dibintangi Deddy Mizwar. Bahkan, ada yang memelesetkan menjadi "Apa Kata Akherat."
Sebut saja misalnya yang disampaikan oleh pembaca yang mengaku bernama Ginanjar.
"Petugas pajak ngemplang duit pajak.... APA KATA AKHERAT !!!!! Remunerasi nggak ngaruh kalau mentalnya sudah bejaattt. Tolong satgas selidiki semuanya termasuk aparat penegak hukum....gaya hidup mereka sudah tidak wajar. Merdeka dari koruptor, jayalah negeriku."
Berikut ini sejumlah contoh komentar pembaca lainnya:
M Anwar:
Hari gini masih bayar pajak... "Apa Kata Dunia."
Rini
orang dah pd sadar untuk bayar pajak, iklan dimana-mana agar warga gak telat laporin SPT tahunan, petani ngebelain ngutang buat bayar pajak sawahnya meskipun hasil sawahnya merugi. eh ini malah masuk rekening pribadi pegawai pajak dipakai beli rumah,mobil, barang-barang lainnya. APA KATA DUNIA?????
corruptor hunter
Gayus kuliah di STAN dibiayai negara, sudah selesai malah langsung menjarah negara, APA KATA DUNIA???? dan mungkin masih banyak alumni STAN seperti Gayus. Ini menunjukkan bahwa STAN sebagai dapur pencetak pegawai negeri tidak mampu mendidik moral mahasiswanya. Kalau pegawai rendah seperti Gayus bisa mengeruk milyaran... apalagi pejabat di atasnya pasti lebih besar???? setidak-tidaknya Dirjen Pajak dan semua pejabat di atas Gayus pantas mundur atau dipecat sebagai pertanggungjawaban moral.
Gelatik:
"Dulu" orang bijak bayar pajak. Petugas pajak ngemplang pajak. "Apa Kata Dunia???". Weleh..weleh..."Kata Dunia Apa"
Kalau hanya satu dua orang, wong si Gayus bilang di lingkungannya banyak yang melakukan hal yang sama, apa ini masih dianggap oknum...???. saya pikir ini bukan oknum lagi tapi komplotan preman... "Apa Kata Dunia???"
VIVAnews
VIVAnews - Melesatnya kasus dugaan makelar pajak Gayus Tambunan membuat Direktorat Jenderal Pajak terus menerus menjadi sorotan. Apalagi, ada sinyalemen Gayus-Gayus lainnya bertaburan di kantor pajak.
Tak pelak, kasus Gayus menjadi gunjingan hangat di kalangan masyarakat menyusul santernya pemberitaan media, baik di elektronik, cetak dan internet. Bahkan, dari ratusan komentar yang masuk ke VIVANews tentang Gayus, tak sedikit yang menceritakan kisah kehidupan mewah teman atau tetangga mereka yang bekerja di Ditjen Pajak dan Bea Cukai.
Tak heran, jika slogan yang kerap digunakan oleh Ditjen Pajak untuk mengkampanyekan kesadaran membayar pajak semakin populer. Slogan "Apa Kata Dunia" diiklankan oleh Ditjen Pajak melalui berbagai jenis media, baik media luar ruang hingga media massa.
Iklan itu menampilkan sejumlah orang, seperti pria tua botak yang menengadahkan tangan dengan mimik muka bergaya meledek. Pernyataan yang muncul, punya penghasilan tak punya NPWP, "Apa Kata Dunia."
Iklan lainnya juga muncul dalam berbagai versi dan bintang iklan mulai dari ibu berkacamata dengan gaya melotot, juga gadis dan pria muda yang tersenyum sembari menengadahkan tangan.
Dari ratusan komentar pembaca yang masuk, tak sedikit yang menyinggung slogan "Apa Kata Dunia" yang juga populer lewat film Nagabonar yang dibintangi Deddy Mizwar. Bahkan, ada yang memelesetkan menjadi "Apa Kata Akherat."
Sebut saja misalnya yang disampaikan oleh pembaca yang mengaku bernama Ginanjar.
"Petugas pajak ngemplang duit pajak.... APA KATA AKHERAT !!!!! Remunerasi nggak ngaruh kalau mentalnya sudah bejaattt. Tolong satgas selidiki semuanya termasuk aparat penegak hukum....gaya hidup mereka sudah tidak wajar. Merdeka dari koruptor, jayalah negeriku."
Berikut ini sejumlah contoh komentar pembaca lainnya:
M Anwar:
Hari gini masih bayar pajak... "Apa Kata Dunia."
Rini
orang dah pd sadar untuk bayar pajak, iklan dimana-mana agar warga gak telat laporin SPT tahunan, petani ngebelain ngutang buat bayar pajak sawahnya meskipun hasil sawahnya merugi. eh ini malah masuk rekening pribadi pegawai pajak dipakai beli rumah,mobil, barang-barang lainnya. APA KATA DUNIA?????
corruptor hunter
Gayus kuliah di STAN dibiayai negara, sudah selesai malah langsung menjarah negara, APA KATA DUNIA???? dan mungkin masih banyak alumni STAN seperti Gayus. Ini menunjukkan bahwa STAN sebagai dapur pencetak pegawai negeri tidak mampu mendidik moral mahasiswanya. Kalau pegawai rendah seperti Gayus bisa mengeruk milyaran... apalagi pejabat di atasnya pasti lebih besar???? setidak-tidaknya Dirjen Pajak dan semua pejabat di atas Gayus pantas mundur atau dipecat sebagai pertanggungjawaban moral.
Gelatik:
"Dulu" orang bijak bayar pajak. Petugas pajak ngemplang pajak. "Apa Kata Dunia???". Weleh..weleh..."Kata Dunia Apa"
Kalau hanya satu dua orang, wong si Gayus bilang di lingkungannya banyak yang melakukan hal yang sama, apa ini masih dianggap oknum...???. saya pikir ini bukan oknum lagi tapi komplotan preman... "Apa Kata Dunia???"
VIVAnews
__._,_.___