Dear Lily, Kebetulan ayah saya juga menderita penyakit ini. Yang harus dilakukan adalah menormalkan kadar gula. Awalnya ayah saya di bawah pengawasan ketat dokter.Dan syukurnya dokter tersebut adalah dokter produk jaman dulu yang sangat care. (Istilah kami, dokter dengan hati nurani!), jadi beliau hanya menyuruh ayah saya menghindari gula (gula pasir, gula jawa, sirop dan sebangsanya) tanpa harus "mengganti" gula tersebut dengan gula khusus. Setelah normal, boleh makan apa saja, tetapi secara bertahap jumlah asupan makanan yang mengandung gula dikurangi sedikit-sedikit (termasuk porsi nasi). Jadi karena tidak ada puasa dan "larangan" makan ini-itu, ayah saya tidak merasa stress. Penyakit ini sudah bersahabat dengan ayahku kurang lebih 30 tahun, tapi tidak ada keluhan yang berarti, kecuali sesekali (kalau sedang drop) lemas, dan cara mengatasinya cukup mengemut permen yang selalu dikantonginya. Penyakit ini tentu saja berbahaya kalau didiamkan. Taman-teman ayah ada yang kakitnya harus diamputasi karena muncul luka yang tidak sembuh-sembuh, ada yang seumur hidupnya harus menyuntik diri dengan insulin, ada yang menjadi impoten , dst. Sebagai info tambahan, di milis ini pernah ada info, makan undur-undur dan mengkonsumsi susu kedelai htam, sangat baik untuk mengatasi gangguan penyakit gula. Walahu'alam. Semoga membantu. --- Pada Kam, 7/1/10, Lili <sw_lili@yahoo.com.sg> menulis:
|
Berselancar lebih cepat.
Internet Explorer 8 yang dioptimalkan untuk Yahoo! otomatis membuka 2 halaman favorit Anda setiap kali Anda membuka browser.Dapatkan IE8 di sini! (Gratis)
__._,_.___