Mitos bintitan gara-gara hobi ngintip berkembang sedemikian subur dari generasi ke generasi. Padahal yang benar, bintitan muncul karena adanya peradangan dan infeksi.
Puluhan tahun lalu, saat rumah tinggal masih berdinding bilik bambu, mungkin saja orang jadi bintitan lantaran gemar ngintip. Besar kemungkinan karena ada kotoran dari bilik bambu yang rontok lalu mengenai kelopak mata sehingga menyebabkan infeksi. Sayangnya, mitos tersebut masih saja terus berkembang meski kini dinding rumah sudah terbuat dari beton. Apa sebenarnya bintitan dan bagaimana menanganinya? DARI PERADANGAN SAMPAI INFEKSI Kalangan awam menganggap semua benjolan di kelopak mata sebagai bintitan. Padahal secara medis hal tersebut harus dibedakan menjadi: * Hordeolum, yakni benjolan di kelopak mata yang disebabkan oleh peradangan di folikel atau kantong kelenjar yang sempit dan kecil yang terdapat di akar bulu mata. Bila terjadi di daerah ini, penyebab utamanya adalah infeksi akibat bakteri. * Chalazion, yakni benjolan di kelopak mata yang disebabkan peradangan di kelenjar minyak (meibom), baik karena infeksi maupun reaksi peradangan akibat alergi. Mengingat penyebabnya adalah peradangan dan infeksi, maka sangat mungkin jika bintitan menimpa siapa saja, dari kanak-kanak hingga kalangan dewasa. Meski kasus bintitan jarang ditemukan pada bayi di bawah 6 bulan. Ini bisa dimaklumi karena di rentang usia ini kebersihan bayi umumnya masih sangat terjaga. Angka kejadian bintitan paling banyak ditemukan pada anak usia sekolah. Ini karena anak usia sekolah sudah main ke sana kemari tanpa memperhatikan faktor kebersihan dan kesehatan. Mungkin saja usai main di tempat kotor, tanpa mencuci tangan lebih dulu, ia mengucek matanya yang terasa gatal karena kemasukan debu. Tak heran kalau kemudian terjadi infeksi atau peradangan yang menyebabkan bintitan. Selain itu, anak-anak yang mewarisi bakat alergi dari orang- tuanya juga lebih rentan mengalami bintitan. Biasanya karena makan makanan pemicu alergi atau ada pemicu yang menyebabkan alerginya kambuh sehingga memunculkan peradangan di kelopak mata, baik di kelenjar minyak maupun kelenjar lainnya. Secara umum kelenjar tersebut tidak bermasalah, namun lingkungan di sekitar kelenjarlah yang rentan terhadap peradangan. Bintitan bisa diibaratkan dengan sebuah pipa yang ujungnya tersumbat. Penyumbatan itu menyebabkan minyak yang diproduksi tidak dapat dialirkan dengan sempurna yang akhirnya menyebabkan pembengkakan. Karena alergi biasanya diturunkan, maka orangtua yang memiliki alergi dan gampang bintitan seharusnya lebih waspada terhadap kondisi anaknya. Bukan tidak mungkin si anak mempunyai kecenderungan yang sama pula. BINTITAN BERULANG Ada anak yang hanya sesekali dalam hidupnya mengalami bintitan, tapi ada juga yang "langganan" terkena gangguan yang satu ini. Baru sembuh dari bintitan, 1-2 bulan kemudian sudah bintitan lagi. Begitu seterusnya. Nah, khusus untuk anak-anak seperti ini, mau tidak mau hal-hal yang diduga sebagai penyebabnya haruslah dihindari. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan orangtua untuk mencegah agar bintitan tidak berulang: · Jaga kebersihan Sebenarnya menjaga kebersihan tidak sebatas pada kelopak mata saja karena menjaga kebersihan tubuh secara menyeluruh memang dianjurkan secara medis. Intinya, bila kebersihan tubuh selalu terjaga setidaknya meminimalkan peluang bakteri menginfeksi/menimbulkan peradangan, termasuk pada kelopak mata yang menyebabkan bintitan. · Kebiasaan cuci tangan Seperti sudah disebut, pada usia anak-anak, bintitan paling sering terjadi bila tangan kotor tanpa sengaja digunakan untuk mengucek mata yang terasa gatal. Meski kelihatannya sepele, gerakan kecil ini bisa memunculkan efek yang tidak kecil. Kalau ada bakteri yang ikut terbawa saat mengucek tadi bukan tidak mungkin besoknya sudah jadi bintitan. · Waspada jika sering gatal Bila mata terasa gatal-gatal atau bahkan sering gatal, sebaiknya bersihkan dengan tetes mata atau sekadar dikompres. Jadi, jangan dibiarkan saja karena sangat mungkin rasa gatal tersebut merupakan gejala awal terjadinya peradangan. · Mata lelah Bila mata sering difungsikan secara maksimal karena kurang tidur, terlalu banyak membaca, main games di komputer atau teve, bukan tak mungkin mata jadi lelah, gatal, dan terjadi peradangan. Keluhan seperti ini umumnya dialami oleh anak yang berbakat bintitan. Namun kondisi yang sama mungkin saja tidak berlaku pada tiap anak meski aktivitas yang dilakukannya tidak jauh berbeda. KOMPRES HANGAT Sebelum benar-benar bengkak, orangtua sebenarnya bisa memberi pertolongan pertama. Begitu bangun tidur, contohnya. Jika mata anak terlihat kotor, merah, berair, diraba terasa keras meski belum sampai ada benjolan, itulah tanda-tanda bintitan. Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah mengompresnya dengan air hangat. Berikut macam kompres yang bisa dilakukan: * Dengan kain yang direndam air hangat Caranya: kain (handuk kecil atau saputangan) direndam dalam air hangat kemudian usapkan ke mata anak secara perlahan. Lakukan 3 kali sehari. Keuntungannya: Mata terasa lebih segar karena tetesan air hangat bisa langsung terasa di mata. Kerugiannya: Tidak bisa dilakukan di sembarang tempat karena tetesan air akan menyebabkan tempat jadi basah. - Dengan botol yang diisi air hangat Caranya: Cuci botol yang terbuat dari beling sampai bersih kemudian isi dengan air hangat. Letakkan botol tersebut di kelopak mata yang terasa mengeras/mengganjal. Keuntungannya: Lebih praktis karena tidak ada tetesan air. Bisa dilakukan di mana saja, termasuk di mobil selama dalam perjalanan. Kerugiannya: Bila posisi atau ukuran botol tidak tepat, anak akan merasa tidak nyaman saat dikompres. * Kombinasi antara keduanya Sebaiknya kombinasikan kedua cara di atas. Bangun tidur selagi masih di rumah, lakukan kompres dengan kain, sehingga anak merasa matanya lebih segar. Kompres dengan botol bisa dilakukan saat perjalanan menuju atau sepulang sekolah dalam mobil. RAGAM PENANGANAN Meski bintitan sering dianggap sebagai penyakit penampilan, namun bila dibiarkan dalam jangka panjang tak mustahil bakal berakibat fatal. Boleh jadi bengkaknya kempes, tapi infeksi/peradangannya tidak sembuh-sembuh tuntas karena bolak-balik muncul dan muncul lagi. Selain itu, pembengkakan yang relatif besar jelas akan mengganggu fungsi mata. Artinya, kendati tidak sampai menimbulkan kebutaan, namun pandangan jadi kabur karena terganggunya pembiasan cahaya. Bila kompres mata sudah dilakukan beberapa kali namun rasa mengganjal di kelopak mata tak kunjung hilang, atau bahkan ada benjolan lain yang kian membesar, sebaiknya segera bawa ke dokter untuk mendapatkan beberapa penanganan berikut: * Tetes mata Tetes mata yang diresepkan umumnya adalah tetes mata yang mengandung antibiotik dan steroid. Untuk anak yang lebih kecil, tetes mata ini lebih mudah digunakan. Misalnya diakali dengan menunggunya sampai tertidur lalu meneteskannya sesuai anjuran di ujung matanya, kemudian tarik sedikit bagian bawah mata, hingga tetesannya ikut mengalir mengenai bola mata. * Salep Salep adalah pilihan selanjutnya bagi anak yang sudah lebih besar atau orang dewasa. Salep mata yang diresepkan biasanya juga mengandung antibiotik dan steroid. * Obat oral Bila dirasa kurang, dokter akan menambahkan antibiotik yang dikonsumsi secara oral alias diminum selain salep mata dan tetes mata tadi. OPERASI SEBAGAI SOLUSI Bila bintitan sudah terlalu besar atau yang bersangkutan memang sering sekali bintitan, umumnya obat tetes/salep dan antibiotik yang dikonsumsi oral tak lagi memadai. Kalau sudah begini, biasanya dokter akan menyarankan operasi. Tak perlu membayangkannya sebagai operasi besar karena operasi ini sebenarnya adalah pembedahan kecil (1-2 cm) di tempat munculnya benjolan. Kemudian dengan alat khusus (semacam "sendok"), isi benjolan akan "dikerok" untuk dibuang. Bila benjolan ada di luar kelopak mata, sayatan bisa dilakukan dari luar. Akan tetapi kalau benjolan tersebut di dalam, maka kelopak mata harus "dibalik" dan dijepit sebelum dilakukan sayatan. Setelah selesai, sementara waktu mata akan ditutup dengan perban guna mencegah agar tidak terjadi perdarahan lebih lanjut. Adapun anestesi yang digunakan untuk anak yang sudah relatif besar atau orang dewasa adalah bius lokal, yakni hanya di sekitar tempat sayatan. Namun untuk anak yang masih kecil, biasanya akan dilakukan bius umum karena dikhawatirkan ia akan meronta kesakitan. Bila ini yang terjadi bukan mustahil alat-alat yang digunakan untuk operasi akan melukai bola mata atau bagian mata lainnya. Operasinya sendiri termasuk operasi kecil yang tidak makan waktu lama. Keuntungannya, bintitan tidak akan muncul lagi di tempat yang sama karena permukaan kelenjar tersebut sudah rusak. Kalaupun bintitan muncul lagi, terjadinya pasti di tempat lain. Marfuah Panji Astuti. Foto: Agus/NAKITA Narasumber: Dr. Hadi Prakoso, Sp.M., dari Klinik Mata Nusantara, Jakarta
__._,_.___