Subject: (Keracunan madu)
Ini ada artikel ttg madu dan botulism dr mayo dan medicastore.
reading
Uci mamaKavin
Anak-anak dibawah 1 tahun sebaiknya jangan diberi madu
karena mungkin ada
spora di dalamnya.
Botulisme
DEFINISI
Botulisme adalah suatu keadaan yang jarang terjadi dan
bisa berakibat
fatal, yang disebabkan oleh keracunan toksin (racun)
yang diproduksi oleh
Clostridium botulinum.
Toksin ini adalah racun yang sangat kuat dan dapat
menyebabkan kerusakan
saraf dan otot yang berat. Karena menyebabkan
kerusakan berat pada saraf,
maka racun ini disebut neurotoksin.
Terdapat 3 jenis botulisme, yaitu :
- Foodborne botulism, merupakan akibat dari mencerna
makanan yang tercemar
- Wound botulism, disebabkan oleh luka yang tercemar
- Infant botulism, terjadi pada anak-anak, karena
mencerna makanan yang
tercemar.
PENYEBAB
Bakteri Clostridium botulinum memiliki bentuk spora.
Spora ini dapat
bertahan dalam keadaan dorman (tidur) selama beberapa
tahun dan tahan
tehadap kerusakan.
Jika lingkungan di sekitarnya lembab, terdapat cukup
makanan dan tidak ada
oksigen, spora akan mulai tumbuh dan menghasilkan
toksin.
Beberapa toksin yang dihasilkan Clostridium botulinum
memiliki kadar
protein yang tinggi, yang tahan terhadap pengrusakan
oleh enzim pelindung
usus.
Jika makan makanan yang tercemar, racun masuk ke dalam
tubuh melalui
saluran pencernaan, menyebabkan foodborne botulism.
Sumber utama dari
botulisme ini adalah makanan kalengan.
Sayuran, ikan, buah dan rempah-rempah juga merupakan
sumber penyakit ini.
Demikian juga halnya dengan daging, produki susu,
daging babi dan unggas.
Wound botulism terjadi jika luka terinfeksi oleh
Clostridium botulinum.
Di dalam luka ini, bakteri menghasilkan toksin yang
kemudian diserap masuk
ke dalam aliran darah dan akhirnya menimbulkan gejala.
Infant botulism sering terjadi pada bayi berumur 2-3
bulan.
Berbeda dengan foodborne botulism, infant botulism
tidak disebabkan karena
menelan racun yang sudah terbentuk sebelumnya.
Botulisme ini disebabkan
karena makan makanan yang mengandung spora, yang
kemudian tumbuh dalam usus
bayi dan menghasilkan racun.
Penyebabnya tidak diketahui, tapi beberapa kasus
berhubungan dengan
pemberian madu.
Clostridium botulinum banyak ditemukan di lingkungan
dan banyak kasus yang
merupakan akibat dari terhisapnya sejumlah kecil debu
atau tanah.
GEJALA
Gejalanya terjadi tiba-tiba, biasanya 18-36 jam
setelah toksin masuk, tapi
dapat terjadi 4 jam atau paling lambat 8 hari setelah
toksin masuk. Makin
banyak toksin yang masuk, makin cepat seseorang akan
sakit.
Pada umumnya, seseorang yang menjadi sakit dalam 24
jam setelah makan
makanan yang tercemar, akan mengalami penyakit yang
sangat parah.
Gejala pertama biasanya berupa mulut kering,
penglihatan ganda, penurunan
kelopak mata dan ketidakmampuan untuk melihat secara
fokus terhadap objek
yang dekat.
Refleks pupil berkurang atau tidak ada sama sekali.
Pada beberapa penderita, gejala aawalnya adalah mual,
muntah, kram perut
dan diare.
Pada penderita lainnya gejala-gejala saluran
pencernaan ini tidak muncul,
terutama pada penderita wound botulism.
Penderita mengalami kesulitan untuk berbicara dan
menelan.
Kesulitan menelan dapat menyebabkan terhirupnya
makanan ke dalam saluran
pernafasan dan menimbulkan pneumonia aspirasi.
Otot lengan, tungkai dan otot-otot pernafasan akan
melemah.
Kegagalan saraf terutama mempengaruhi kekuatan otot.
Pada 2/3 penderita infant botulism, konstipasi
(sembelit) merupakan gejala
awal. Kemudian terjadi kelumpuhan pada saraf dan otot,
yang dimulai dari
wajah dan kepala, akhirnya sampai ke lengan, tungkai
dan otot-otot
pernafasan.
Kerusakan saraf bisa hanya mengenai satu sisi tubuh.
Masalah yang
ditimbulkan bervariasi, mulai dari kelesuan yang
ringan dan kesulitan
menelan, sampai pada kehilangan ketegangan otot yang
berat dan gangguan
pernafasan.
DIAGNOSA
Pada foodborne botulisme, diagnosis ditegakkan
berdasarkan pola yang khas
dari gangguan saraf dan otot. Tetapi gejala ini sering
dikelirukan dengan
penyebab lain dari kelumpuhan, misalnya stroke.
Adanya makanan yang diduga sebagai sumber kelainan ini
juga merupakan
petunjuk tambahan. Jika botulisme terjadi pada 2 orang
atau lebih yang
memakan makanan yang sama dan di tempat yang sama,
maka akan lebih mudah
untuk menegakkan diagnosis.
Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan
darah untuk menemukan
adanya toksin atau biakan contoh tinja untuk
menumbuhkan bakteri
penyebabnya.
Toksin juga dapat diidentifikasi dalam makanan yang
dicurigai.
Elektromiografi (pemeriksaan untuk menguji aktivitas
listrik dari otot)
menujukkan kontraksi otot yang abnormal setelah
diberikan rangsangan
listrik. Tapi hal ini tidak ditemukan pada setiap
kasus botulisme.
Diagnosis wound botulism diperkuat dengan ditemukannya
toksin dalam darah
atau dengan membiakkan bakteri dalam contoh jaringan
yang terluka.
Ditemukannya bakteri atau toksinnya dalam contoh tinja
bayi, akan
memperkuat diagnosis infant botulisme.
PENGOBATAN
Penderita botulisme harus segera dibawa ke rumah
sakit.
Pengobatannya segera dilakukan meskipun belum
diperoleh hasil pemeriksaan
laboratorium untuk memperkuat diagnosis.
Untuk mengeluarkan toksin yang tidak diserap
dilakukan:
- perangsangan muntah
- pengosongan lambung melalui lavase lambung
- pemberian obat pencahar untuk mempercepat
pengeluaran isi usus.
Bahaya terbesar dari botulisme ini adalah masalah
pernafasan. Tanda-tanda
vital (tekanan darah, denyut nadi, frekuensi nafas dan
suhu) harus diukur
secara rutin.
Jika gangguan pernafasan mulai terjadi, penderita
dibawa ke ruang intensif
dan dapat digunakan alat bantu pernafasan. Perawatan
intensif telah
mengurangi angka kematian karena botulisme, dari 90%
pada awal tahun 1900
sekarang menjadi 10%.
Mungkin pemberian makanan harus dilakukan melalui
infus.
Pemberian antitoksin tidak dapat menghentikan
kerusakan, tetapi dapat
memperlambat atau menghentikan kerusakan fisik dan
mental yang lebih
lanjut, sehingga tubuh dapat mengadakan perbaikan
selama beberapa bulan.
Antitoksin diberikan sesegera mungkin setelah
diagnosis ditegakkan.
Pemberian ini pada umumnya efektif bila dilakukan
dalam waktu 72 jam
setelah terjadinya gejala.
Antitoksin tidak dianjurkan untuk diberikan pada bayi,
karena
efektivitasnya pada infant botulism masih belum
terbukti.
PENCEGAHAN
Spora sangat tahan terhadap pemanasan dan dapat tetap
hidup selama beberapa
jam pada proses perebusan. Tetapi toksinnya dapat
hancur dengan pemanasan,
Karena itu memasak makanan pada suhu 80° Celsius
selama 30 menit, bisa
mencegah foodborne botulism.
Memasak makanan sebelulm memakannya, hampir selalu
dapat mencegah
terjadinya foodborne botulism. Tetapi makanan yang
tidak dimasak dengan
sempurna, bisa menyebabkan botulisme jika disimpan
setelah dimasak, karena
bakteri dapat menghasilkan toksin pada suhu di bawah
3° Celsius (suhu
lemari pendingin).
Penting untuk memanaskan makanan kaleng sebelum
disajikan. Makanan kaleng
yang sudah rusak bisa mematikan dan harus dibuang.
Bila kalengnya penyok
atau bocor, harus segera dibuang.
Anak-anak dibawah 1 tahun sebaiknya jangan diberi madu
karena mungkin ada
spora di dalamnya.
Toksin yang masuk ke dalam tubuh manusia, baik melalui
saluran pencernaan,
udara maupun penyerapan melalui mata atau luka di
kulit, bisa menyebabkan
penyakit yang serius. Karena itu, makanan yang mungkin
sudah tercemar,
sebaiknya segera dibuang.
Hindari kontak kulit dengan penderita dan selalu
mencuci tangan segera
setelah mengolah makanan