Custom Search

[Konsultasi-Kesehatan] Fw: bugarsepanjangmasa: Perlukah kita minum obat atau suplemen?

barangkali berguna...

---------- Forwarded message ----------
From: light 99
Date: 2011/11/11
Subject: bugarsepanjangmasa: Perlukah kita minum obat atau suplemen?
To: segarbugarsepanjangmasa@googlegroups.com


Sobat segar bugar yang ceria,

Iklan-iklan pengobatan, baik yang mengklaim dirinya alami atau 'memang muncul' dari industri farmasi, 'mulai dari penjualan suplemen, tukang jual jamu, toko obat, apotik, pijat refleksi, spa,  klinik kecil hingga rumah sakit internasional', sekarang merebak di mana-mana seiring dengan peningkatan iklan dan usaha perusahaan makanan dan rokok yang menghancurkan kesehatan. Agaknya semua ini merupakan bisnis kesehatan yang sangat menggiurkan. Iklan itu mempengaruhi bawah sadar masyarakat agar orang cenderung untuk berobat dan mengobati ketimbang menjaga kesehatan. Orang-orang dibuat agar tidak takut pada makanan berkolesterol daripada menghindarinya. (bahkan tidak  jarang mereka menggunakan kedok kata "alami" untuk menjual produknya).

Usaha-usaha pemeriksaan kesehatan makin merebak seiring dengan peningkatan penjualan makanan cepat saji dan makanan buruk yang lain seperti sosis, susu dan produk susu, yoghourt dan seterusnya. Di satu sisi mereka mencoba mengerti kondisi kesehatan seseorang, di sisi lain mereka terus menghancurkannya dengan makanan dan minuman buruk, dengan demikian makan terciptalah kebutuhan atas obat dan layanan pengobatan. 

Kita lebih cenderung mengatakannya sebagai "layanan pengobatan" daripada "layanan kesehatan" karena sangat jarang kita mendapatkan saran-saran tentang bagaimana hidup sehat tanpa obat, karena di tempat-tempat "layanan pengobatan" itu kita dijejali oleh kata "obat, suplemen dst". Kalau seorang dokter tidak menyuntik, tidak memberikan resep obat apapun kepada pasiennya dan hanya memberikan saran untuk berpola hidup  sehat maka si pasien akan beranggapan bahwa dokter itu "gila" atau "bodoh", dan dia tak akan pernah kembali ke dokter itu lagi. Sedih sekali!

Berikut ini adalah sebuah artikel (ulangan) yang pernah dipublikasi di berbagai majalah, beredar di berbagai milis dan dikutip banyak blog. Semoga berguna untuk menambah wawasan kita dan tentu saja....

selamat makin bugar!




------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Perlukah kita minum obat atau suplemen?
 
Sejak toko obat dan apotik terdapat di seluruh penjuru tanah air dan makin gencarnya usaha 'suplemen', makin mudah orang mengkonsumsi obat. Obat dan suplemen menjadi suatu kebutuhan pokok.
 
Walaupun memang pada kondisi tertentu kita memerlukan obat, tetapi mestinya semua obat, baik yang melalui resep ataupun tidak, mempunyai sesuatu yang berbahaya bagi kesehatan tubuh jangka panjang. Beberapa orang percaya bahwa obat herbal tidak memiliki efek samping dan hanya mempunyai kegunaan saja, tetapi itu tentu juga merupakan paham yang tidak tepat. Bagaimana mungkin sesuatu penyakit dapat diserang dengan obat tepat pada penyakit tersebut tanpa berpengaruh pada sekelilingnya?
 
Pada kenyatannya, baik produk obat pabrik maupun obat herbal tetaplah punya pengaruh buruk terhadap kesehatan tubuh. Makin cepat efek suatu obat terlihat maka makin kuat pula racun yang dikandungnya. Obat-obat yang sangat efektif yang bisa menghilangkan rasa sakit dengan cepat tentu jauh lebih berbahaya bagi tubuh daripada obat-obat yang lain.
 
Obat-obat herbal yang mengklaim dirinya sebagai suplemen sering mengatakan bahwa mereka "tanpa efek samping".  Hal ini merupakan sesuatu yang sangat bertentangan dengan kenyataan yang ada dan hanya memperlihatkan bahwa obat-obat tersebut dibuat tanpa penelitian yang memadai, sekurangnya mereka menutupi atau tidak mau melakukan penelitian memadai tentang "efek samping"nya. Dari logika ini, kita lebih mengerti bahwa obat herbal yang diklaim tanpa 'efek samping' cenderung 'jauh lebih tidak menentu' dibanding obat farmasi, sekalipun mungkin bisa membuat efek penyembuhan pada berbagai hal.
 
Bahkan obat-obat herbal yang keras justru lebih mengerikan daripada obat farmasi. Obat-obat ini membuat berbagai reaksi yang keras pada tubuh seperti pening luar biasa, ngilu tak tertahankan dan juga mengandung resiko fatal. Tetapi toh banyak orang tak peduli, badan pengawasan obat dan makanan pun tutup mata atau tidak pernah mengetahuinya karena menurut produsen obat herbal tersebut, hal itu adalah proses detoksifikasi. Sekalipun mungkin benar bisa membuat efek detokfikasi, tetapi apakah kita berani melakukan proses detokfikasi tanpa prosedur yang benar (misalnya, di bawah pengawasan dokter atau orang benar-benar ahli) sehingga kondisi tubuh kita bisa dipantau dengan tes laboratorium 'sebelum', 'ketika menjalani' dan 'sesudah' proses itu?
 
Sebagian besar kita menerima resep, membeli obat dan menkonsomsinya, tanpa mengerti akibat sampingan yang akan terjadi berikutnya. Karena semua obat memberikan tekanan kepada tubuh maka itu sangatlah penting kita mengetahui secara pasti resiko apa yang mungkin terjadi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
 
Dr. Hiromi Shinya, MD, seorang guru besar Klinis Pembedahan di Albert Einstein College of Medicine, New York City, yang terkenal itu, dan sekaligus Kepala Unit Endoskopi Bedah di Beth Israel Medical Center mengatakan : "Walaupun di Amerika Serikat, efek-efek samping obat harus ditulis secara terperinci, tetapi tetap saja banyak reaksi yang tidak tertulis dalam brosur penjelasan mereka." Shinya sampai mengorbankan tubuhnya sendiri sebagai laboratorium untuk mengetahui efek samping obat-obat tersebut.
 
Shiya berpesan agar kita berusaha menjaga tubuh memiliki kecukupan enzim, yang merupakan energi untuk hidup dan meningkatkan kekebalan. Hindarilah makanan yang menguras enzim tubuh kita, seperti makanan cepat saji (yang digoreng, produk hewani dst) maka tubuh kita akan tetap sehat.
 
Untuk mendapatkan kecukupan enzim, Shinya juga menambahkan agar kita memproduksinya sendiri di dalam usus, yaitu dengan membiarkan bakteri-bakteri pembentuk enzim itu hidup dan bekerja serta mengkonsumsi makanan yang penuh enzim yang dibuat oleh makhluk hidup yang lain.
 
Makanan mentah yang organik, yang berupa sayuran berwarna hijau, merupakan salah satu contoh makanan yang penuh enzim kehidupan,.
 
Obat tidak pernah dapat menyembuhkan penyakit hingga mendasar. Satu-satunya cara mendasar untuk menyembuhkan penyakit adalah dengan gaya hidup kita sehari-hari, yaitu dengan pola makan yang baik, yang tidak mengakumulasikan racun ke dalam tubuh kita, sehingga pada akhirnya memberikan kesempatan kepada tubuh untuk menyembuhkan dan meregenerasikan semua kerusakan tubuh yang sudah terjadi.
 
Tinggalkan suplemen dan berobatlah hanya bila kita sudah benar-benar memerlukannya, yaitu pada saat sudah tidak ada pilihan lain. Cari dokter atau ahli pengobatan yang baik, yang mengerti dan mau menjelaskan segala jenis obat atau suplemen atau terapi yang diberikannya. Jangan pernah percaya bahwa ada obat atau supelemen, baik herbal maupun farmasi, yang tidak punya efek samping.
 
Selamat menjaga kesehatan!
 
(Makanan mentah yang dimaksud di sini adalah sayur dan buah segar (yang tidak dipanaskan lebih dari 45 0C) serta bijian, kacang-kacang, buah yang segar maupun kering. Daging, telur, ikan dan susu tidak termasuk kelompok makanan mentah sekalipun tidak dipanaskan, karena semuanya itu sudah menjadi "sampah" atau "bangkai").
 
--
Makanan mentah atau makanan kehidupan atau living food adalah makanan yang masih mengandung berbagai enzim kehidupan (berasal dari energi matahari melalui proses fotosintesa) dan yang tidak dipanaskan di atas 45 derajat Celsius. Daging, telur, ikan dan susu mentah tidak termasuk ke dalam golongan makanan kehidupan karena mereka tidak lagi mengandung enzim kehidupan.
 
You received this message because you are subscribed to the Google

For more options, visit this group at
http://groups.google.com/group/segarbugarsepanjangmasa?hl=en?hl=en



Custom Search